Isolasi Mandiri di Rumah Angker, Pemudik Bandel di Sragen Nangis-Nangis Minta Keluar



Tiga pemudik bandel yang menjalani isolasi mandiri di rumah angker, yang disediakan Pemdes dan Tim Satgas Covid-19 Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Sragen, merasa kapok dan ingin keluar dari rumah tersebut. Mereka mengaku ketakutan lantaran tiap malam selalu didatangi sosok hantu.

Pemdes setempat pun akhirnya melepaskan ketiganya. Tiga pemudik yang bandel itu dilepas di hari yang berbeda dengan kisah pertobatan yang berbeda pula. Dua pemudik yang dilepas pertama adalah Ariyanto (40) dan Rokhim (40).

Keduanya dilepas di hari yang sama setelah menjalani pengasingan selama enam hari.

Mereka akhirnya dilepas setelah kedua orangtua mereka datang ke Satgas Covid-19 dan Pemdes untuk meminta agar dikeluarkan dengan siap menjamin akan melanjutkan isolasi mandiri di rumah.

“Yang Ari dan Rokhim, tiga hari orangtuanya datang terus minta anaknya dikeluarkan. Mereka ampun ampun dan siap bertanggungjawab menjamin kalau nanti akan isolasi mandiri di rumah. Akhirnya atas kesepakatan Satgas dan warga, mereka dilepas dalam hari yang sama dengan catatan kalau mbandel lagi, langsung dijemput lagi,” papar Kades Sepat, Mulyono, dikutip laman Joglosemarnews.

Setelah dua orang dilepaskan, praktis di dalam rumah hantu itu hanya tinggal satu orang yakni Heri Susanto (40). Dua malam ditinggal sendirian di rumah yang bertahun-tahun terbengkalai itu, rupanya menjadi uji nyali bagi bapak muda itu.

Akhirnya nyalinya pun runtuh juga di hari keempat masa karantinannya di rumah angker. Pasalnya selama dua malam sendirian, dia mengaku ketakutan lantaran terus menerus dibayangi penampakan hantu.

Walhasil, Heri pun menyampaikan ampun sambil menangis dan minta dikeluarkan. Karena tak tega, lagi-lagi atas nama kemanusiaan, Satgas pun terpaksa mengampuni dan melepasnya setelah dirinya siap menjamin tak akan keluar lagi dan melanjutkan isolasi mandiri di rumah.

“Yang Heri ini dua malam nangis terus karena ngaku dibayangi hantu. Akhirnya atas kesepakatan Satgas, dikeluarkan kemarin tapi dengan janji siap melanjutkan karantina mandiri di rumah dan akan terus diawasi,” tandas Mulyono.

Meski terpaksa harus dilepaskan, ia menyampaikan setidaknya sanksi dimasukkan rumah angker itu sudah memberi efek jera dan pembelajaran warga.

“Karena jumlah pemudik dan PP di desa kami banyak. Warga yang di rumah juga mengantisipasi agar jangan sampai ada penyebaran Covid-19. Ini juga atas kehendak warga dan kesepakatan untuk tujuan kebaikan bersama,” katanya.
iklan pintar / iklan bawah artikel

Iklan Atas Artikel

iklan awalan

Iklan Tengah Artikel 1

iklan dalam artikel

Iklan Tengah Artikel 2

iklan dalam artikel

Iklan Bawah Artikel

iklan bawah artikel